Rahasia Santriwati Tetap Glowing & Stylish

 

Siapa bilang santriwati culun-culun, lusuh dan tidak modis? Gaya baju dan jilbab adalah pilihan, meski ada aturan pondok yang terkesan "mengekang", itu semua demi kebaikan. Kalaupun memang ada pondok yang hanya membolehkan model atau warna tertentu saja, bukan berarti seorang santriwati tidak bisa tampil menawan dan modis, bukan?

Pesona santriwati yang tertutup balutan jilbab itu sulit dijelaskan, meski katanya  nampak bak karung di ladang, tapi itulah mengapa pesonanya hanya bisa dilihat oleh orang-orang yang kassyaf alias melihat lebih daripada kecantikannya di luar.

Berikut rahasia santriwati untuk tetap glowing dan stylish!

1) Tetap menggunakan basic skincare 

Di pondok, make up memang dilarang, tapi skincare ya harus digalangkan, malah diperbolehkan. Jika skincare disamakan dengan make up, maka artinya penggunaan sabun mandi harusnya dilarang. Karena sabun mandi itu juga termasuk skin care

Yang dibutuhkan hanya basic skin care sederhana; facial wash, moisturizer dan sunscreen spf 35-50 pa++++ atau sesuai kebutuhan. Jikalau ada serum, toner, micellar water/mlik cleanser, acne patch, atau masker oles dan sebagainya itu hanya opsional depend on her skin needs. Basic skincare itu adalah kunci membangun kulit yang sehat dan siap menghadapi hari-hari sibuk sebagai santri.

2) Memilih jilbab sesuai tone kulit 

Tidak bisa menggunakan model jilbab yang se-heboh anak muda di luar tidak menjadi batasan. Se-bagus-bagusnya sebuah model, jika warnanya asal pilih dan tidak sesuai dengan tone kulit dan nuansa acara di pondok pesantren, bisa berakibat ketidak-matching-an yang membuat looks nampak lusuh. 

Rumus sederhananya adalah menggunakan jilbab atau gamis dengan warna yang netral, seperti hitam, broken white, coklat, navy/biru dongker atau abu. Selain  menghemat tenaga saat mencuci cucian kotor nanti, warna-warna tersebut cocok di tone warm, cool, ataupun neutral. Tinggal dicocokkan saja tingkatan warna yang dipilih seperti abu dan navynya misal, ingin abu tua dipadukan dengan gamis abu monyet, atau gamis hitam yang ada garis putihnya dipadukan dengan jilbab segietmpat warna hitam atau putih. 

Banyak pilihan, dan santriwati akan tahu mana pilihan terbaik untuknya. 

3) Re-apply sunscreen 

Karena touch up cushion atau set up foundation pasti dilarang, maka untuk tetap terlihat segar dan glowing, setiap 3-4 jam sekali (tergantung kegiatan dan cuaca) re-apply atau penggunaan ulang sunscreen akan sangat membantu. Meski ada beberapa sunscreen yang membuat wajah nampak berminyak, ini mendorong santriwati untuk memilih sunscreen mana yang cocok di kulit dan di kantong mereka.

4) Banyak minum air putih 

Karena tidak semua santriwati memiliki kocek yang cukup untuk minum kolagen setiap hari, maka memanfaatkan karunia yang ada yakni dengan minum air putih yang cukup (sekitar 2 liter/hari) adalah alternatif murah bagi mereka. Selain itu, dengan tidak memaksakan diri minum ramuan herbal kecantikan atau suplemen kolagen yang mahal tentunya melatih kemampuan qana'ah seoang santri.

5) Rajin bergerak 

Bukan hanya olahraga, se-sederhana kerja bakti di pondok atau membuang sampah dan membersihkan lemari adalah aktivitas yang membuat tubuh bergerak dan berkeringat. Hal ini mendorong regenerasi kulit menjadi lebih glowing, ditambah jika beraktivitasnya di bawah sinar sehat mentari pagi. Segala kegiatan santri yang padat membuat malas bukan penghalang, tapi itulah yang membuatnya aktif bergerak.

6) Mengukur tipe wajah dan badan

Setiap orang memiliki bentuk wajah dan badan yang berbeda, santri yang memiliki rahang kotak tentu tidak begitu cocok jka menggunakan jilbab yang ada penutup dagunya. Ada lagi santri yang berbadan kurus dengan tinggi 150 cm misal, tapi ia menggunakan jilbab bermodel rata bagian bawahnya, ditambah gamis/abaya tang terlalu gombrong tanpa ikat pinggang, alhasil dia jadi kelelep, mungkin beberapa malah ada yang terlihat agak gemes gitu ya pakai model-model oversize begini, tapi dengan mengenal tipe dan bentuk wajah serta badan akan  membantu santri menemukam model terbaik. 

7) Konsul ke teman sejawat yang pro

Akan selalu adaj teman sejawat yang pro dan menjadi tukang konsul skincare, jilbab dan gamis. Yang membuatnya hebat, bukan hanya memilihkan gamis atau jilbab dengan merk tertentu dan warna yang pas, tapi dengan harga yang amat sangat terjangkau bagi santriwati lainnya. Sosok ini akan selalu ada minimal satu di tiap angkatan. Dengannya, literasi dan pengetahuan terkait style dan skincare membuat outfitnya seperti jilbab dan gamis kerap dipinjam oleh santri lain. Nah, budaya tukar-menukar dan pinjam-meminjam juga jadi alternatif santriwati mencari style yang cocok untuk masing-masingnya.

Apakah itu semua hanya demi gengsi dan adu outfit? Tidak. Santriwati paham bahwa menuntut ilmu adalah jalan yang mulia, selain memenuhi hasratnya ingin tampil bagus dan cantik, ia sadar jika menuntut ilmu agama dan menempuh jalan jihad keilmuan harus disertai usaha memuliakan ilmu, maka ini adalah salah satu usaha santriwati memuliakan ilmunya sebagai hamba Allah SWT.

Komentar

Postingan Populer