Segera Cek Rekam Instagram Story Kamu Atau...

 

Awalnya ini hanya dorongan perfeksionis dalam diri saya untuk cek apa sih yang sudah saya posting dalam instagram story ini (baca: seberapa alay-nya story saya bulan ini), ini adalah ritual bulanan saya. Tapi, makin lama saya menyadari bahwa detail kecil seperti ini secara tidak langsung memberikan info ke otak saya...

Bahwa saya ber-progress setiap hari. 

Ya, ada kala di mana saya tidak story-an beberapa hari, ada kalanya saya story bisa sampai 10-20 story/hari. Karena pengecekan ini saya lakukan tiap bulan, jadi saya ingat bagaimana kondisi emosional saya setiap posting. 

Hal bermanfaat yang saya rasakan dari cek rekap instagram story/bulan adalah: saya tahu dari mana saya harus memulai menerapkan habit. Karena di sebagian besar kasus saya kerap memasang target terlalu tinggi hingga membebani diri sendiri, setelah saya cek rekam instagram story saya dan perlahan memahami kondisi pribadi saya selama beberapa minggu atau sebulan terakhir, saya tahu mana yang harus di set sebagai target, mana yang tidak. Mungkin bagi beberapa orang tidak terlalu ampuh ya tips ini, tapi, bagi mayoritas gen Z atau anak sekolah/kuliah-an, story instagram adalah cerminan emosi dan kondisi jiwa dalam diri. Apakah mentalitas kita tengah rapuh atau tidak.

Teori Kerapihan Marie Kondo dan Laman Media Sosial Kita


Kita memosting sesuatu sejatinya mengeluarkan energi. Mengadopsi sedikit dari teori rapi-rapi rumah Marie Kondo, menurut Marie, barang-barang di rumah itu menyerap energi kita. Meski mereka adalah barang mati yang tidak bernyawa, keberadaan di ruangan atau di rumah kita itu menyerap energi kita. Jika barang itu berguna dan memang masih dipakai, bukan hal yang masalah membiarkannya terus ada di rumah. Teori Marie ini mengajak pada kita semua untuk benar-benar menghayati setiap barang yang ada di rumah, untuk apa ia ada, apakah kita masih memakainya, apa lebih baik ia disumbangkan atau dibuang dan sebagainya.

Laman media sosial kita bagaikan rumah dan kamar kita. Postingan di feeds berupa carousel, reels dan story atau bahkan repost-an kita setiap harinya adalah "barang-barang" yang menghiasi laman media "rumah/kamar" kita. Jika sudah terlalu banyak dan hanya diisi postingan tidak berguna, sejatinya itu hanya akan menyerap energi kita, membuat kita lesu dan pusing dengan postingan yang bertumpuk atau tidak instagramable dan estetik. Termasuk juga postingan galau yang hanya membuat kita semakin galau tanpa berproses menjadi lebih baik dan dewasa.

Meski preferensi orang-orang berbeda terkait laman media sosial mereka, sedikit-banyaknya jumlah dan manfaat dari yang di-posting sangat berpengaruh dan mencerminkan isi pengguna/sang pemilik akun. Meski tidak bisa dianggap mutlak, penilaian dari sisi ini banyak benarnya karena gen Z adalah manusia yang aktif mencurahkan apapun di media sosial, meski di-private

Bukan hanya instagram, tapi semua media sosial yang kita miliki, termasuk whatsapp. Jejak digital itu nyata adanya, sadar tak sadar ia merekam emosi dan perjalanan hidup kita. Maka, cobalah mulai hari ini memilah dan mengevaluasi lagi perkembangan diri kita dari postingan-postingan se-sederhana story instagram.

Semoga ke depannya, apapun yang terjadi kita semua tetap semangat, sehat, kuat dan selalu menjadi lebih baik dari kebaikan dan renungan yang didapat.

Komentar

Postingan Populer