Mindset Keren dari Nenek-nenek Dalam Menghadapi Pantangan Makan

 Jida' adalah panggilan untuk nenek dari pihak bunda saya. Pekan ini, alhamdulillah ada kesempatan untuk jida' singgah dan menginap di rumah orang tua saya. Dengan fisiknya yang tidak se-prima dulu, kerap saya dan bunda bergantian untuk membantu jida' ke kamar mandi dan shalat hingga makan. Saya melakukan itu dengan niat membantu bunda dan menguatkan bonding ke jida'. Cucu jida ada lebih dari 20 orang dari anaknya yang jumlahnya ada 13. Jadi, kalau diingat oleh jida' dari puluhan cucu yang ada, itu adalah satu kebanggaan untuk saya, haha. Di umur jida' yang ke-75 tahun ini, buat saya beliau sangat keren karena gigi bagian bawahnya masih lengkap dan masih kuat mengunyah.

Siang hari tanggal 17 November 2025, saya tengah menyuapi sop iga dan nasi untuk makan siang jida'. Satu fakta yang saya ingat tentang jida' adalah; jida' ini suka makanan pedas. Tapi, semakin bertambah dan ada kondisi kesehatan yang tidak bisa diabaikan, jida' sudah bertahun-tahun stop makan pedas. Padahal, kalau diskala dari 1-10, kesukaan jida' pada makanan pedas itu 10, 11 malah ya. Kayaknya nih kalau jida masih kuat, kita bisa nyeblak bareng, atau makan seblak prasmanan di pinggir jalan.

"Jida' bukannya suka pedes?" tanya saya, berusaha basa-basi. Jida' saya mengangguk. 

"Cuma nggak makan lagi, kagak enak." Gimana ya mendeskripsikan gaya ngomong dan intonasi jida' tuh? Lucu gitu, lho. Ada unsur kenenek-nenekannya yang membuat gaya ngomong jida' agak susah dimengerti oleh saya yang agak lemot, tapi tetep ada gemes-lucunya gitu. Mana jida' saya orang betawi, jadi kalau logat betawi nyablaknya udah keluar, obrolan jadinya lebih renyah dan kocak. 

"Kenapa emangnya?" Ya, saya tahu ini basa-basi banget. Tapi tolong apresiasi cucu yang satu ini meng-caper sama jida', syukur-syukur kalau dikasih duit, haha.

"Udah umur gini, kagak bisa. Kalaupun makan udah kagak enak. Jadi mending udahan aja."

"Meskipun jida' suka?"

"Iya, enak di mulut doang, tapi kagak di badan. Jadi mending kagak usah."

Obrolan singkat itu cukup membuat saya tergugah dan mendapatkan mindset baru. Hal ini cukup relate dengan trend-trend untuk mulai hidup sehat dengan memasang pantangan makan untuk defisit kalori dan sebagainya. Tapi, banyaknya dari kita gagal, termasuk saya sendiri.

Dimulai dengan mindset sederhana ini, serta makan apa yang ada, secukupnya tanpa mencari lebih. Makanan trend di TikTok lah, beli pakai voucher lah, promo lah, apa lah itu. Kalau sudah buruk untuk kita, tapi tetap kita paksakan, buruknya akan ke kita dan kita yang menderita. Jida' saya bilang, makanan itu banyak, dan kita bisa pilih. Nikmatin aja yang ada, makan yang ada. Kalau tidak meminta lebih maka itu sudah cukup untuk menjaga kesehatan. 

Hal ini keren buat saya, ditambah gaya ngomong kenenek-nenekannya jida' bikin makin memorable. So jadi, mari kita semua mulai menerapkan mindset dari sesepuh ini menjadi gaya hidup yang sederhana tapi berjuta manfaat yang tak disadari akan kita petik dan rasakan di masa depan.

Komentar

Postingan Populer