Ketika Adekku Masuk Pondok (Yang Sama)
Sabtu, 30 November 2023 adalah waktu presisi di mana foto ini diambil. Saya pilih foto ini karena di foto ini kita kelihatan kayak kakak-adek yang harmonis sekali. Waktu itu, dia lagi pinjam laptop saya, saya iseng gangguin dia dengan buka aplikasi kamera dan foto-foto (lagi waktu itu juga dia nggak ngetik apa-apa).
Kami berdua saling menafikan bahwa kami adalah adik-kakak, kenapa? Karena kami sangat berbeda, secara fisik, sih. Kalau cara ngomong sebenernya kami mirip dan hal itu sudah kami klarifikasi satu sama lain.
Dia pendek, saya tinggi, dia kecil, saya jumbo, dia mini, saya titan. Tapi kalau suara, lebih gede dia, saya mah orangnya kalem. Dia cerewet, saya pendiam, dia ekstrovert, saya introvert, dia thinking, saya feeling, dia jagoan kelas, saya juara kelas (haha, becanda tapi serius), saya berkacamata, dia enggak. Tapi itu dulu, sekarang dia berkacamata, sama kayak saya. Agak ironis sebenarnya, padahal targetnya saya aja yang berkacamata, jadi antara 3 bersaudara di rumah, saya aja yang keliatan pintar, dia nggak usah, eh tapi dia malah kacamataan. Cuma yaudah. Toh saya lebih pinter ini, haha. Aamiin.
Adik saya bernama Amirah Abdullah (panggilan di rumah biasanya mirdut, itu panggilan sekaligus do'a dari ayahanda saya yang artinya "Amirah gendut", karena dia kurus banget, udah mini, kurus pula, saya suka takut antara kita suka diomongin tetangga kalau pembagian gizi kita nggak adil karena saya jumbo sendiri, padahal mah dia juga picky eater abis), biasa dipanggil Mira. Dia satu pondok dengan saya, salah satu anak binaan saya waktu saya jadi mudabbirah (dan mudabbirah yang paling dia nggak suka itu saya, karena saya sok berwibawa katanya, dih, banyak komen emang ni anak), kalau mau tahu lebih lengkap, bisa follow aja ig-nya: @amewinkk.2158 (maklum, bocil, nama ig-nya emang norak jadinya).
Waktu interview masuk pondok, dia ditanya begini: "kenapa mau masuk pondok ini?"
Tanpa mikir panjang, dia jawab dengan jawaban yang seadanya banget: "karena ada kakak saya. Saya nggak kepikiran pondok lain."
"Selain itu?"
"Mm.. karena ada kakak sepupu saya juga di sana," next time pas ada waktu yang tepat akan saya reveal juga siapa sih si "kakak sepupu" itu.
Dan sampai hari ini saya masih heran kenapa dia bisa masuk pondok yang sama dengan saya dengan jawaban yang seadanya itu. Cih.
Dia masuk pondok tahun 2022, waktu era angkatan saya jadi mudabbirah. Dia adalah anak binaan pertama yang saya hukum, yaitu push up 20x karena makan sambil berdiri. Waktu itu tepat di depan lemari saya yang deket pintu kamar, saya suruh dia push up, dan dia dengan wajah pasrah push up, tapi pas jadwal perpulangan dia ngomel;
"Kalo bukan karena kakak mudabbir dan sok galak, Mira gak bakal mau push up! Mira orang pertama dan satu-satunya waktu yang dihukum, bun waktu itu! Parah si emang, kakak nggak punya hati!" Dia cerita gitu ke bunda saya. Kayaknya dia masih dendam sampai hari ini deh. Tapi itu biasalah. Push up doang, 20x doang, push up cewek lagi, gampang itu mah. Daripada saya suruh keliling lapangan 10x? Mending gitu kan, ya?
Punya adek yang sepondok itu ada enak-nggak enak: ya setidaknya kamu ada yang bisa disuruh untuk cuciin baju kamu berkedok "kakak lagi banyak rapat nih, nggak ada waktu cuci baju! Nanti sore kita jajan, kamu boleh beli es krim deh!", atau numpang naro barang kalau lemari kamu nggak muat. Tapi tak jarang juga saya dipalak tiap sore setelah belajar atau pagi sebelum kelas, "woy! Jajanin Mira dong, 2 rebu doang," ya 2 rebu si 2 rebu, tapi kalau tiap hari 2 rebu apa kagak boncos saya nih?
Ya, enaknya sih ada teman setia yang rela ambil makan/cuciin piring kalau mau makan bareng, bisa jajan bareng berkedok self-reward (kadang kalau saya lagi nggak tahu diri, lebih banyak pake duit diat) atau nitip barang di jatah paket dia kalau di paket saya ada yang kurang barangnya, begitu pun sebaliknya. Kalau dia cerita tuh kayak tagihan bulanan, nggak habis-habis, tapi plusnya kalau dia ngerti materi pelajaran yang nggak saya paham, bisa minta dia jelasin (tapi biasanya agak ogah-ogahan si jelasinnya, dih, emang..), masa iya otak pas-pas-an mulu? Setidaknya adalah satu-dua pelajaran yang kita paham dan bisa jelasin, ya gak?
Semuanya tergantung karakter si adek yang sepondok sama si kakak, sih. Tapi sejauh ini not bad, lah. Amirah sebagai adek saya terhitung masih termasuk yang dibilang bisa bekerja sama karena paham posisi dan struggle kita satu sama lain. Semoga sih dia meng-gede dan meninggi, ya biar orang tua saya nggak dibilang pilih kasih gizi sama tetangga. Meskipun dia nggak bakal peduli juga sih. Malah kalau bisa labrak tetangganya mah dia labrak.
Khusus attitude terakhir, saya kasih 4 jempol, sikap berani speak up yang benar meski harus berhadapan dengan tetangga julid adalah nilai plus dari Mira, makanya saya singgung dikit dia tuh jagoan kelas. Kalau mau tahu lebih banyak gebrakan hidup Mira, pembaca bisa tanya sendiri ke dia aja, ya.



Komentar
Posting Komentar