Mengenalmu: Sebuah Pesan Anonim
Kehidupan membawaku menemui banyak orang yang beragam. Dari keberagaman yang ada, satu ragam yang kutemui ini meninggalkan banyak kesan yang luar biasa. Uniknya, ‘ragam’ ini adalah sosok yang hampir tidak pernah berkomunikasi denganku, termasuk aku dengannya. Sosoknya hanya bisa kulihat dari jauh. Tapi, tanpa perlu mendengar penjelasan tentangnya dari bibir banyak orang, hanya mengikuti perilaku dan sikapnya yang terkadang tidak bisa ditebak, membuatku menemukan banyak makna lewatnya.
Sosok itu begitu menginspirasi dan berkharisma. Tanpa ia sadari, dan tanpa kuusahakan. Bentuk ‘hubungan’ ini terjalin begitu saja, dibatasi dinding respekku padanya, dan wibawanya sebagai tiang pembatas yang menjulang.
Bertemu dengannya membuatku sadar, bahwa mengenal dalam seseorang tak harus selalu bersamanya. Lewat tindakan-tindakan atau ucapannya yang keras atau kasar (namun sebenarnya bermaksud membentuk mental baja yang tak mudah goyah dengan cemooh orang), menunjukkan padaku sebuah bentuk (yang mungkin dia sendiri juga tidak menyadarinya, dan kadang aku merasa kalau aku berpikir terlalu jauh) kepribadian yang apa adanya.
Namun, bagaimanapun juga aku tetaplah ‘outsider’. orang luar yang bukan siapa-siapa baginya. Dan aku tidak pernah berpikir untuk mengambil langkah lebih dekat, aku tetap mengaguminya dari jauh. Mengetahui kabar tentangnya, atau pandangan dan pemikirannya lewat diskusi yang ia gelar, lewat celotehnya pada rekan atau orang-orang terdekat (yang mereka menceritakannya padaku, kalau tidak, tidak mungkin aku tahu).
Pernah terbesit sekali di pikiranku, bahwa aku ada niatan untuk menyikapi ‘sosok itu’ lebih serius (bukan dalam konteks ke lawan jenis, ya). Sekali lagi, semata-mata karena manfaat dan pencerahan luar bisa yang mana aku hanya kena ‘cipratan’-nya. Tapi, seketika niat itu kuurung.
Entah sampai kapan. Entah kenapa aku memutuskan untuk begitu. Entah keputusan itu baik atau tidak.
Yang jelas, aku bersyukur pernah bertemu dan sedikit mengenalnya. Dan puisi atau sajak ini adalah bentuk terima kasihku padanya, yang tak bisa kuungkapkan dengan lisanku sendiri.
Inti dari segalanya, aku bersyukur atas takdir yang telah ditetapkan-Nya padaku. Bahwa aku berkesempatan untuk bertemu orang-orang seperti mereka. Sebagai ‘outsider’, yang terinspirasi oleh mereka dari kejauhan. Dan aku selalu berdo’a, berharap yang terbaik bagi mereka. Selalu.
====
Tak pernah kusangka
Bahwa
mengenalmu adalah membuka sebuah pintu dari sebuah rumah baru yang kan’
kutinggali
Mengenalmu,
ternyata mengenalkan dunia lain padaku
Tak pernah
tebersit pula,
Bahwa
mengenalmu seperti (adalah) sebuah keajaiban
Mengenalmu,
membuatku sadar bahwa banyak yang belum kuketahui.
Bahwa
bersamamu segala hal menjadi topik obrolan yang takkan habis dibahas.
Mengenalmu,
membuka cakrawala pikiranku yang sempit.
Membersihkan
hati yang kotor dengan benci dan iri.
Meski
prosesnya menyakitkan dan tidak mengenakkan,
Dengan
mengenalmu, dengan takdir akan hadirnya dirimu di hidupku.
Memberikan
pelajaran berharga di hidupku,
Mengajarkan
arti perjuangan dan keridhaan.
Mengenalmu,
Takkan bisa
terulang lagi.
Seperti saat
ini, ketika kamu sudah pergi.
Sehat
selalu.
Salam Rindu,
Teman Kenalanmu.


Komentar
Posting Komentar