POV Ketika Menjadi Mbak-mbak Tukang Buka Paket di Pondok
![]() |
| ilustrasi perempuan membuka paket |
Tahun 2023, saat saya menduduki bangku Atco 1 (tahun kelima di pondok) saya mendapat amanah menjadi anggota divisi keamanan dan keasramaan. Sederhananya, divisi ini itu bertugas memantau keseharian santri secara umum, memastikan keamanan setiap jam seminar/kelas, dan patroli singkat keliling asrama saat malam hari, serta membangunkan santri yang meminta dibangunkan lebih dulu.
Nah, saya ini lebih difokuskan perannya di asrama, jadi saya banyak berkecimpung di urusan asrama; kebersihan, kerapihan. membangunkan santri, dan memantau kesehatan mental mudabbirah agar tetap luwes dan nyaman menjalankan tugas mereka, meskipun saya juga harus menjaga mental saya sendiri. Tapi overall saya menikmati. Nggak yang depresi gitu kalau pusing menghadapi tingkah santri, stres-pusing sedikit wajar. Yang penting, saya selalu menjaga mental agar tetap waras dan tidak gila.
Lebay? Rasain aja deh jadi pembina asrama kalau mau tahu betapa beragamnya gebrakan dari kelakuan santri yang penuh plot twist.
Masa yang sangat berkesan selama saya menjadi anggota divisi keamanan-keasramaan ini adalah; job memeriksa paket santri. Jadi, setiap paket yang kami terima dari ikhwan yang menjaga pos akan kami cek dulu sebelum diberi kepada penerimanya. Kenapa?
Karena jobdesk-nya begitu. Kalau saya nggak ditugaskan pun saya nggak akan kepo dan buka paket orang sana-sini.
Ya nggak gitu juga, sih.
Ya.. karena memastikan paket yang diterima seorang santri tidak lebih dari yang dijatahkan yaitu sekali pengiriman dalam sebulan. Tidak ada alasan yang berarti atau bersifat psikologis sih.
Tapi, yang menyentuh setiap melakukan pembukaan paket adalah melihat harapan-harapan orang tua masing-masing santri lewat surat (btw surat itu nggak bakal dibaca, tapi kadang orang tua suka menyertakan kartu ucapan di bagian paling atas paket, jadi ya mau gak mau kebaca dong pas dibuka). Setelahnya, bagian favorit saya ya adalah ketika mengantarkan paket tersebut atau memanggil sang santri untuk mengambil paketnya ke kamar saya
"Assalamu'alaikum kak Oi, aku mau ambil paket aku!" Beginilah suara yang biasa saya dengan selama setahun menjadi anggota divisi keamanan.
Saat saya membuka pintu dan memberikan paket yang sudah robek karena saya cek dulu, raut wajah sang santri yang tadinya antusias jadi super bahagia. Bahkan suka sampai lompat-lompat kesenengan.
"Akhirnya!! Makasih banyak ya kak!" Bahkan, sering juga ada santri yang langsung minta saya buka dan cek paketnya pas dia tahu dia baru menerima paket saya.
Sebenernya saya nggak menganggap serius terima kasih itu. Toh, seringnya mereka begitu ya karena seneng paketnya sudah sampai. Membuka paket juga tugas saya, jadi ya terima kasih itu hanya apresiasi atas kewajiban. Tapi, saya nggak underestimate juga, hanya menganggap kalimat itu tidak se-spesial itu.
Gaya hidup dan kepribadian tiap santri tercermin dari isi paketnya. Kalau anak tahun pertama sampai kedua biasanya 90% isi paketnya makanan. Kalau santri tahun ketiga sampai keempat akan berisi buku dan beberapa skincare karena tugas semakin banyak dan masa ini penuh dengan membuat paper, lagi stres-stresnya ya pasti butuh skincare untuk menjaga kesehatan kulit wajah, makanan bukan prioritas utama. Sedangkan kalau santri tahun kelima dan keenam biasanya hanya goodie bag biasa yang isinya barang spesifik yang penting banget. Meski nggak mutlak begitu semua, rata-rata begitu.
Barang yang paling banyak di paket itu adalah fokus utama sang santri yang meminta. Nggak jarang kok saya terima paket teman saya sendiri, hanya kotak kecil eh ternyata isinya masker EILEEN GRACE ukuran 300 ml. Yang nggak tahu merk EILEEN GRACE, carilah sendiri.
Itu merk skincare papan atas. Apalah saya yang skincare-nya didominasi item yang harganya selevel rak supermarket.
Yang gong-nya sih, makin sering saya buka paket, makin saya percaya kalau nggak ada orang miskin yang mondok. Mondok itu butuh banyak biaya dan kebutuhan harian. Pernah saya buka satu paket adik kelas saya, isinya satu set body dan haircare merk THE BODY SHOP; sabun badan, scrub badan, shampo, conditioner, yang nggak tahu merk itu, THE BODY SHOP itu di bisa dibilang selevel sama EILEEN GRACE lah.
Tapi tetep aja itu 4 item hair dan bodycare totalnya bisa sampai 1 juta lebih. Makanya, saya suka ngelus dada, amaze dan speechless dengan anak-anak yang wajahnya biasa aja ternyata body, skin dan haricare-nya ratusan ribu dan jutaan yang mana itu mengindikasikan kalau mereka anak orang kaya.
Meski begitu, saya tetap bahagia bisa menyaksikan semangat belajar anak yang setelah menerima paket meningkat. Saya harap, dapat-tidak dapat paket pun, semangat belajar itu tetap ada dan membara dalam jiwa tiap santri, karena kita semua; santri sendiri dan juga orang tua berjuang dalam perjalanan mondok ini, salah satunya dengan mengirimkan kebutuhan sang anak lewat paket yang dikirimkan, sekuat usaha orang tua memenuhi keinginan sang anak.


Komentar
Posting Komentar